Minggu, Agustus 01, 2010

PEMBELAJARAN KOOPRATIF

a. Pegertian pembelajaran kooperatif
Salah satu strategi pembelajaran berbasis kelompok adalah strategi pembelajaran koopratif (cooperative learning). Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas.
Istilah pembelajaran kooperatif berasal dari kata ‘kooperatif’ yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelomok atau satu tim.
Wina Sanjaya menjelaskan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yag mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).”
Isjoni mengutip pendapat Nur (2000) yang menjelaskan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan yang berhasil yang mengintegraskan keterampilan sosial yang bermuatan akademik.
Dalam bukunya yang sama, Isjoni juga mengutip penjelelasan Anita Lie (2000) yang menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong. Pembelajaran gotong royong dalam hal ini diartikan sebagai suatu system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa yang lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Apabila menelaah secara mendalam tentang batasan yang telah diberikan oleh para ahli tersebut, pada hakekatnya, pembelajaran kooperatif sama halnya dengan kerja kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Strategi pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sekedar sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya.
Isjoni juga mengutip pendapat Sharan (1990), yang menjelaskan bahwa “siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebayanya.
Mengacu pada pendapat tersebut, maka dengan pembelajaran kooperatif, para siswa dapat membuat kemajuan besar kearah pengembangan sikap, nilai, dan tingkah laku yang memungkinkan mereka dapat berpartisipasidalam komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan tujuan pendidikan, karena tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah untuk memperoleh pengetahuan dari sesama temannya.
Tujuan penting dari pembelajaran koopertif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat, bangasa, dan Negara, mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial semakin kompleks.
Wina Sanjaya mengutip pendapat Slavin (1995), yang mengemukakan alasan pentingnya penerapan strategi pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemmapuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan dari orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memcahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

Dari dua alasan yang diberikan oleh Slavin tersebut di atas, maka pembelajarn kooperatif selain dapat membangun dan menguatkan hubungan sosial antara sesama teman, akan tetapi juga merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
Jadi, Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

b. Karakteristik pembelajaran koopratif
Stategi pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada hal-hal yang mendasar dalam strategi pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan belajar dalam kelompok yang dilakukan asal-asalan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses kerja sama dalam kelompok. Tujan yang akan dicapai tidak hanya penguasaan materi pelajaran, akan tetapi juga adanya unsur kerja sama yang baik dalam proses penguasaan materi tersebut.
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh strategi pembelajaran kooperatif. di antaranya adalah:
1) Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan wadah untuk mencapai tujuan. Untuk itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Wina Sanjaya yang menjelaskan bahwa “menurut teori psikodinamika, kelompok bukan hanya sekedar kumpulan individu, melainkan merupakan suatu kesatuan yang memiliki ciri dinamika dan emosi tersendiri.”
2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Manajemen kooperatif mempunyai empat fungsi pokok, sebagaimana yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya yaitu “fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol.
a) Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif membutuhkan adanya perencanaan yang matag agar proses pembelajaran secara efektif.
b) Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang telah disepakati sebelumnya.
c) Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Untuk itu, perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok.
d) Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.
Karakteristik tentang sesuatu erat kaitannya dengan cirri yang ada dalam sesuatu yang dimaksud. Isjoni menjabarkan tentang beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah: (a) setiap anggota memilki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
3) Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Untuk itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.
4) Keterampilan bekerja sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan mealui aktifitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Wina sanjaya menjelaskan bahwa:
Siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi dan keberhasilan kelompok.
Hal ini berarti bahwa selain memiliki dampak pembelajaran berupa peningkatan prestasi belajar, pembelajaran kooperatif juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, dan suka member pertolongan untuk orang lain.
c. Bentuk-bentuk pembelajaran koopratif.
Dalam proses pembelajaran, siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran yang efektif, kretif dan menyenangkan. Dalam proses penerapannya, strategi pembelajaran yang digunakan dan diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Dalam strategi pembelajaran kooperatif, ada beberapa bentuk yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas menurut Isjoni, di antaranya adalah: “1) Student Team Achievement Division (STAD), 2) Jigsaw, 3) Teams Games Tournaments (TGT), 4) Group Investigation (GI), 5) Rotating Trio Exchange, dan 6) Group Resume.”
Masing-masing bentuk tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1) Student Team Achievement Division (STAD)
STAD merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
Slavin menjelaskan bahwa “gagasan utama STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin timnya mendapat penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya.”
Dalam proses pembelajarannya, para siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi pembelajaran. mereka boleh bekerja sama dan membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan setiap jawaban yang tidak sesuai, dan membantu satu sama lain jika ada yang salah dalam memahami materi pelajaran.
Isjoni mengutip pendapat Slavin (1995) yang menjelaskan bahwa “Pada proses pembelajarannya, pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan, yang meliputi: 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MOTTO

Belajarlah Dengan Ikhlas
Bekerjalah Dengan Jujur

mana yang duluan, ayam atau telurnya????